Selasa, 27 November 2012

Bingung bin Jenuh


Bingung bin Jenuh
Kenapa sangat membingungkan ya hidup ini, seperti mau ke pasar bingung mau membeli apa mau diniah mau belajar agama yang seperti apa lagi yang mau dipelajari mau kawin masih belum bisa mancari uang dan tidak punya calon istri.
            Seperti orang keluar dari kost bingung mau kemana keluar dari gang bingung mau kemana  mau ke kiri mau ke kanan ke kampus bingung mau ngapain juga ke kampus mau ke perpustakaan bingung buku apa yang akan dibaca mau masuk ke kelas bingung mau belajar apa mau pulang takut di marahin orang tua.
Mau mengajar seperti guru or dosen bingung haruskah memakai uang atau pakai hati kalau kalau kita mengajar, memakai hati nurani nanti gajinya sedikit buat rokok dan ngopi saja tidak cukup  mau jadi buruh bingung karena kerjanya sangatlah berat dan membutuhkan tulang yang doble mau memelihara sapi, kambing, dan ayam bingung modal dari mana yang akan aku dapatkan mau jadi pengangguran tambah bingung lagi karna akan banyak celotehan yang kurang enak didengar oleh telinga yang akan aku  dapatkan.
Oh Tuhanku  hambamu ini bingung bin jenuh hidup di Negara seperti ini, punya SDA yang melimpah ruah akan tetapi  yang menikmatinya bukanlah  bangsa dari kita melainkan  bangsa yang berasal dari luar negeri  dan orang-orang berdasi saja yang bisa menikmati kekayaan alam indonesia ini tapi kita sebagai rakyat kecil Cuma bisa menggigit jari dan menikmati rusaknya alam indah kita, tatanan alam yang bagus nan indah sekarang tinggal kenangan dan cerita rakyat saja, katanya kita bertanah air satu kenapa kita air saja masih kesulitan untuk mendapatkannya  dan harus membayar untuk memperolehnya dan katanya bertanah satu tanah indonesia, mana? Tanah yang luas banyak menggusur rakyat yang kecil yang mendiami di atasnya.
Kebudayaan seperti apa yang bisa diterima pemuda pemudi dengan hati yang lapang, kenapa negri kita membingungkan kebudayaan yang ada masih belum sepenuhnya dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu melainkan budaya asing yang kita ambil dengan sepenuh hati, pakain adat yang sopan seakan akan dimarginalkan pakain yang membuka aurat dan membentuk bagian baian yang sensitive yang kita terima dan bangga ketika kita menggunakannya. Mau  keluar malam mingguan sendirian tambah bingung karna iri melihat pemuda memudi yang ada dengan pasangannya dengan asyik  hang out or sedang jalan-jalan di keramaian kota ini mau meniru seperti mereka tambah bingung lagi karena  tuhan tidak membolehkan kita seperti itu trus kalau jalan sendirian di keramaian kota yang penuh dengan gemerlap cahaya serasa kurang afdol binti seru.
Makanan khas, kita sebagai penghuni negri ini seakan akan tiada peduli kelestarian makanan khas kita, entah kemana perginya makanan khas itu apa mungkin yang menghilang makanannya atau yang menjual ya yang menghilang akan tetapi makanan yang kurang sehat dan  banyak mudhorot bagi tubuh yang dipilih dan dilestarikan keberadaanya. Makan dengan  pasangan kemudian memilih warung yang menjual makanan khas negri ini seakan akan kurang waaaaaah bagi kalangan pemuda pemudi.
Trus kita sebagai penerus darah pejuang harus bagaimana? Mau melestarikan yang ada malah yang ada yang harus tiada mau membela agama dengan baik dan benar nanti takut dikatakan preman berkopyah mau membangkitkan darah juang pemuda pemudi tetapi pemuda pemudianya diam seribu kata seakan akan tidak terjadi apa-apa di negara kita dan tidak peduli keberadaan yang ada dan mengadakan yang tiada. Haruskah kita mengadukan problema yang seperti ini kepada soekarno untuk mendongkrak kembali semangat dan tujuan kita untuk membangun kembali bangsa ini.
Akan tetapi saya Mau belajar organisasi baik dan benar malah tambah membingungkan, bingung mengambil contoh pemimpin dan jajarannya yang seperti apa yang harus ditiru oleh pemuda pemudi khususnya di indonesia ini, ada contoh pemimpin yang baik tetapi  banyak jajaranya yang tidak sepakat terhadapnya trus pemimpin dan jajarannya yang seperti apa yang bisa berjalan den visi dan misi satu mensejahterakan bangsa dan membuat negara kita terbebas dari segalanya.
Kemudian, ditengok pula para politisi dan pejabat “bertengkar” bingung memilih yang benar. Kalau dulu orang berusaha membenarkan yang benar, menyalahkan yang salah dan meluruskan yang kurang benar, tetapi kini bertolak belakang dari dulu, membenarkan yang keliru mengelirukan yang benar dan membengkokkan yang sudah bengkok sehingga yang keliru mengharu biru, lalu hilang rasa percaya, muncul dan semakin merajalela rasa curiga.
Ea begitulah nasib orang-orang yang bingung bin jenuh dan semoga kita tersesat di jalan yang benar menurut Tuhan dan bangsa kita.... amin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar